Sabtu, 07 Desember 2013

Tanam Cabe Untuk Optimalisasi Lahan Pekarangan


Ibu-ibu dari Kelurahan Bojong Pondok Terong (Boponter) Kelurahan Bojong Pondok Terong (Boponter) Kelurahan Cipayung Jaya, Pondok Jaya dan Cipayung menanam Cabai bersama kemarin. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan Peternakan, Kecamatan Cipayung Anis Ahmaliah menuturkan, pelatihan ini merupakan program Kementrian Pertanian RI yang untuk Ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Gerakan Perempuan Optimalisasi Lahan Perkarangan (GPOP).
Anis –pangggilan akrabnya- menjelaskan pelatihan itu, berkaitan dengan budidaya cabe dan pembuatan pupuk organik. Saat pelatihan langsung diberi pohon cabe yang telah ditanam dalam polibek. “Pesertanya kami beritahu tentang pengendalian hamanya,”ujarnya. Dia mengungkapkan, kalau program budidaya cabe ini, khusus untuk perkotaan. Apalagi, cabe ini, harganya tinggi menjelang puasa. Sehingga bisa menjadi solusi ekonomis buat kelurga, dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Ia berharap program ini, bisa berkelanjutan tidak hanya terbatas pada anggota GPOP.”Nanti, kalau sudah berbuah cabenya, bisa dikembangkan kepada yang lainnya,”terangnya. Lurah Boponter Ade Effendi berharap dengan adanya program ini, Boponter bisa swasembada cabe. Untuk itu warga diminta menanam pohon cabe tersebut. “Kami berharap ini bisa jadi sumber penghasilan masyarakat,”pungkasnya.

Jumat, 15 November 2013

Setu Citayam di Pondok Terong, Depok

Setu Citayam di Pondok Terong, Depok: Terkenal Sejak Doeloe
Tanaman Teratai di Setu Citayam, 1930 

Setu Citayam sudah terdeteksi dan dipetakan sejak doeloe. Berdasarkan peta ‘Tjipajoeng: herzien in de jaren 1899-1900’ yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau pada tahun 1901, area setu ini disebutkan sebagai wilayah yang masuk Residentie Batavia, Afdeeling Buitenzorg, district Paroeng. Setu Citayam semakin dikenal kala itu karena di wilayah sekitar setu terdapat tanah partikelir (disebut Land Tjitajam) yang dimiliki oleh tuan tanah. Tanah partikelir ini digunakan untuk mengusahakan perkebunan. Wilayah pengusahaan tuan tanah ini meliputi lahan-lahan yang berada di Ratu Jaya, Pondok Terong, Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya yang menjadi bagian dari Kecamatan Cipayung pada masa ini.
Peta sekitar Setu Citayam, 1901
Pusat kegiatan tanah partikelir ini berada di dua lokasi. Untuk rumah pemilik atau tuan tanah (landhuis) lokasinya berada di sisi barat pinggir setu. Sedangkan pabrik penggilingan, gudang dan tempat para pekerja lokasinya berada di sebelah barat setu (lokasi perumahan Atsiri yang sekarang). Dalam perkembangannya, nama Citayam menjadi lebih sangat menonjol seiring dengan dibangunnya sebuah halte / stasiun kereta api yang diberi nama Stasion Tjitajam. Letak stasion ini tepat berada di sisi timur Setu Citayam. Hasil-hasil perkebunan dari perkebunan Citayam dibawa melalui jalan pos polisi dan pasar Citayam yang sekarang menuju stasion Citayam. Akan tetapi kemudian dibuat alternatif melalui setu yang kini disebut Jalan Pos (kereta api) Citayam. Perempatan yang terbentuk karena pembuatan jalan alternatif tersebut di sekitar Setu Citayam ini kemudian sering disebut sebagai simpang (perempatan) Hek. Dengan demikian, ini berarti nama Citayam merujuk pada sebuah setu, sebuah area tanah partikelir (landhuis) dan sebuah stasion kereta api.
Sebuah Viewpoint di Setu Citayam 1930
Selain itu, nama Citayam makin dikenal luas karena area ini sering disebut seorang ahli Botani terkenal bernama Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis yang pernah dua kali mengunjungi area Citayam ini (1929 dan 1932). Akan tetapi tidak diketahui persis mengapa area Setu Citayam menjadi perhatian ahli botani tersebut. Yang jelas adalah bahwa wilayah Citayam khususnya di area Setu Citayam sudah sejak lama menjadi lokasi kebun percobaan Departemen Pertanian. Lokasi kebun percobaan ini berada di sisi timur Setu Citayam. Sejak 2008 di dalam areal kebun percobaan Citayam ini sudah didirikan gedung ‘megah’ Balai Pengujian Mutu ‘Alsintan’ Kementerian Pertanian.

Peta satelit Setu Citayam dan Sekitar
Pada masa ini Setu Citayam merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung Kota Depok. Pesatnya pembangunan di kelurahan ini mengakibatkan adanya tekanan yang mengkhawatirkan terhadap keberadaan setu ini. Dulu area setu ini cukup luas dan asri (diperkirakan luasnya 12 hektare) tetapi kini hanya tersisa seluas 6,5 hektare dan mulai tak terawat. Pemda Kota Depok kini telah menetapkan Setu Citayam termasuk salah satu setu yang dilindungi di Kota Depok. Dinas Pemuda Pemuda dan Olah raga Pariwisata membuat program yang program tersebut dimaksudkan pertama untuk menyelamatkan situ-situ yang banyak di Kota Depok yang  saat ini telah banyak yang beralih fungsi. Yang kedua untuk menjaga kebersihan situ, yang ketiga agar ditingkatkan keindahannya dan yang terakhir adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

***
Setu Citayam di Pondok Terong, Depok
Situasi dan kondisi Setu Citayam pada masa ini berbeda dengan masa doeloe. Di masa lampau, setu ini dipenuhi oleh berbagai tanaman air seperti ganggang dan bunga teratai. Dalam rangka untuk memperbanyak kolam penampungan air di hulu Kota Jakarta, salah satunya adalah memfungsikan Setu Citayam. Kemudian setu dibersihkan, diperdalam dan dibendung yang diharapkan akan menjadi tempat resapan air. Pada tahun 2008 Mahasiswa Pecinta Alam Atmajaya pernah bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk menanam 500 pohon jati di kawasan setu. Pohon-pohon ini diharapkan bisa memperindah kawasan setu. Keutamaan setu ini adalah karena memiliki ekosistem yang ideal (pada masa dulu) untuk riset dan tentu saja pada masa ini penting untuk dijadikan reservoir atau tempat penampungan air. Selain itu, Setu Citayam ini juga sesungguhnya adalah asli hulu dari Kali Krukut yang mengalir ke tengah Kota Jakarta. Sebagai sumber air Kali Krukut, maka pintu air Setu Citayam dibuka di musim kemarau dan ditutup di musim hujan. Setu Citayam dengan sendirinya berfungsi sebagai pengatur debit air Kali Krukut.

Daya pasok air Setu Citayam ke hilir Sungai Krukut dikaitkan dengan keberadaan sungai Kali Baru. Sungai Kali Baru ini dipecah di Citayam (selatan pasar yang sekarang/batas Kota Depok dan Kabupaten Bogor) ke timur mengaliri Ratu Jaya, Depok dan Pondok Cina, ke barat mengaliri Cipayung, Sawangan dan Limo. Posisi Setu Citayam ini berada diantara dua pecahan Kali Baru ini.  Dengan demikian, Kali Baru ini juga mensuplai air ke dalam Setu Citayam yang pada gilirannya juga akan mengalir melalui Kali Krukut. Kali Baru sendiri adalah kali yang sumber airnya disodet dari Sungai Cisadane di Empang/Pancasan Kota Bogor pada era Belanda melalui Cimanggu, Cilebut, Bojong Gede hingga ke Citayam.  

Setu ini sudah dimanfaatkan sebagai area perikanan dan wisata air. Pada sisi setu sebelah selatan (dekat Stasion Citayam) dimanfaatkan masyarakat untuk perikanan dalam bentuk karamba. Sedangkan untuk wisata air dikelola oleh sebuah kelompok kerja (Pokja) masyarakat yang dibentuk sebagai pelaksana teknis pengelolan setu yang menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat Pemerintah Kota Depok. Program wisata air ini meliputi pengadaan perahu-perahu kecil dan kendaraan air serta pembuatan dermaganya. Untuk meningkatkan fungsi setu, di dalam setu ini juga diterbarkan benih ikan dan menjadi tempat pemancingan gratis buat masyarakat. 

Situasi 'Ngubek' di Setu Citayam

Sejak tahun 2007 setu Citayam juga telah dijadikan sebagai ajang untuk ngubek (ngobok-ngobok) setu—suatu istilah dari masyarakat tentang pesta rakyat mengambil ikan di dalam setu yang diselenggarakan oleh Pokja dan diintegrasikan dengan kegiatan memperingati HUT Kota Depok (bulan April). Namun kegiatan ngubek yang dilakukan pada tahun 2011 terjadi rusuh. Kerusuhan yang terjadi timbul karena ribuan warga yang telah membayar tiket Rp 20 ribu / orang untuk mengikuti acara menangkap ikan (ngubek setu) yang digelar dalam rangka peringatan ulang tahun Kota Depok itu merasa ditipu panitia karena diduga jumlah ikan yang ditebar di dalam setu (tempat ngubek) dinilai tidak sesuai yang dijanjikan. Akibatnya, warga bertindak rusuh dengan membakar panggung dan berbagai jenis hadiah seperti kulkas dan sepeda motor. Sejak kerusuhan itu acara ngubek tidak dilakukan lagi

Senin, 21 Oktober 2013

Sejarah Kelurahan Bojong Pondok Terong

Kelurahan Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Kota Depok Sudah Dikenal Sejak ‘Tempo Doeloe'

Peta-1. Depok, 1900

Kelurahan Bojong Pondok Terong yang lebih dikenal sebagai Kelurahan Pondok Terong adalah sebuah kelurahan di Kota Depok. Kelurahan yang berada di depok selatan ini sebelumnya adalah sebuah desa yang masuk Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor (bersama desa Ratu Jaya, Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya) dan bergabung dengan Kota Depok yang menjadi bagian dari Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 1999. Pada tahun 2007 Kecamatan Pancoran Mas dimekarkan dengan nama Kecamatan Cipayung. Kecamatan baru ini justru hanya terdiri dari lima desa yang sama-sama melakukan 'integrasi' dari Kabupaten Bogor ke Kota Depok. Pada awalnya Desa Bojong Pondok Terong adalah gabungan dari beberapa kampung. Nama desa ini diambil dari dua nama kampung (kombinasi) yakni Kampung Bojong dan Kampung Pondok Terong. Kampung Bojong berada di sebelah utara desa (sekitar SPBU), sedangkan Kampung Pondok Terong di sebelah selatan desa (sekitar perumahan Permata).

Keutamaan dua kampung ini karena di Kampung Bojong terdapat situs purbakala yang menjadi cikal bakal masjid Al-Ittihad sekarang dan di Kampung Pondok Terong ditemukan makam seorang ulama pemberani yang berani menentang Belanda bernama Raden Sungging (yang berasal dari Mataram). Masjid dan ulama di Pondok Terong ini kini menjadi bagian sejarah yang penting tentang penyebaran agama Islam di Kota Depok pada tempo ;doeloe;.

Foto-1. Mihrab Masjid Al_ittihad 
Foto-2. Kompleks Makam Raden Sungging


Peta-2. Pondok Jaya








Di masa selanjutnya (masih era Bojong Gede), Desa Bojong Pondok Terong ini dimekarkan yang mana desa induk tetap dengan nama Desa Bojong Pondok Terong dan desa pemekaran dengan nama Desa Pondok Jaya. Anehnya, Desa Pondok Jaya ini di masa lalu merupakan wilayah Kampung Pondok Terong sebelum digabungkan menjadi Desa Bojong Pondok Terong.

Peta-3. Depok dan sekitar 1840 
Ini berarti bahwa Kampung Pondok Terong sudah sejak tempo doeloe dikenal. Dalam peta yang diterbitkan pada tahun 1840 nama Kampung Pondok Terong sudah tercantum sebagaimana juga kampung-kampung berikut ini: Tjitajam, Ratoe Djaja, Depok, Pondok Tjina serta Mampang dan Sawangan. Popularitas Kampung Pondok Terong meningkat juga bisa dihubungkan dengan beberapa eskpedisi yang pernah dilakukan sebelumnya. Misalnya di dalam laporan ekspedisi Abraham van Riebeeck (pernah jadi Gubernur Jenderal) ke Pakuan ibukota Pajajaran pada tahun 1703. Rute yang dimulai dari Benteng (Batavia) melalui nama-nama kampung berikut: Cililitan - Tanjung - Serengseng - Pondokcina - Depok – Pondok Terong - Bojongmanggis - Kedunghalang - Parungangsana.

Foto-3.Jalan menuju Rumah Mansion Meester Cornelis di (landhuis) Citayam
Namun dalam perkembangannya, nama Kampung Pondok Terong sedikit redup ketika di era pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels. Pada era Daendels ini banyak tanah di Pulau Jawa dijual kepada swasta sebagai tanah partikelir (pemilikan pribadi). Oleh karenanya di berbagai tempat bermunculan tuan-tuan tanah. Di daerah Depok terdapat beberapa tanah partikelir (landhuis). Selain lahan Cornelis Chastelein di Depok, juga terdapat di Pondok Cina, Mampang, Cinere, Cimanggis, Tapos dan Citayam.

Menurut Peta 1901, area (landhuis) Citayam merupakan wilayah yang termasuk Residentie (Provinsi) Batavia (Jakarta), Afdeeling (Kabupaten) Buitenzorg (Bogor), District (Kewedanaan) Paroeng. Area Citayam yang berada di selatan Depok tersebut meliputi kampung-kampung Bojong, Pondok Terong, Rawa Geni, Ratu Jaya, Pabuaran dan Tjitajam sendiri.

Peta-4. District Paroeng 1840


Foto-4. Stasiun Citayam (foto:internet)
Dengan adanya pemilikan tanah dan perkebunan ini nama Citayam menjadi sangat menonjol jika dibandingkan dengan Pondok Terong. Popularitas Citayam semakin menguat seiring dengan pembangunan halte/stasiun kereta api dengan nama Tjitajam/Citayam.
Foto-5. Setu Citayam dipenuhi bunga teratai, 1930



Area Citayam ini semakin dikenal luas karena seorang ahli botani terkenal Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis pernah dua kali mengunjungi area Citayam ini (1929 dan 1932). Ahli botani ini pernah mendokumentasikan keberadaan setu Citayam yang pada masa itu kondisi setu masih dipenuhi oleh hamparan bunga teratai. Apakah setu ini di masa selanjutnya yang menyebabkan area Citayam menjadi salah satu area kebun percobaan Departemen Pertanian pada masa ini. Lokasi kebun percobaan ini berada di sisi timur setu Citayam (sedangkan sisi barat adalah lokasi Rumah/landhuis Citayam). Pada tahun 2008 di areal kebun percobaan Citayam ini didirikan Balai Pengujian Mutu Alsintan Kementerian Pertanian yang dulunya beralamat di Pasar Minggu.

// KIM Kelurahan Bojong Pondok Terong