Setu Citayam di Pondok Terong, Depok:
Terkenal Sejak Doeloe
|
Tanaman Teratai di Setu Citayam, 1930
|
Setu Citayam sudah terdeteksi dan dipetakan sejak doeloe. Berdasarkan peta
‘Tjipajoeng: herzien in de jaren 1899-1900’ yang diterbitkan oleh Topographisch
Bureau pada tahun 1901, area setu ini disebutkan sebagai wilayah yang masuk
Residentie Batavia, Afdeeling Buitenzorg, district Paroeng. Setu Citayam
semakin dikenal kala itu karena di wilayah sekitar setu terdapat tanah
partikelir (disebut Land Tjitajam) yang dimiliki oleh tuan tanah. Tanah
partikelir ini digunakan untuk mengusahakan perkebunan. Wilayah pengusahaan
tuan tanah ini meliputi lahan-lahan yang berada di Ratu Jaya, Pondok Terong,
Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya yang menjadi bagian dari Kecamatan
Cipayung pada masa ini.
|
Peta sekitar Setu Citayam, 1901
|
Pusat kegiatan tanah partikelir ini berada di dua lokasi. Untuk rumah
pemilik atau tuan tanah (landhuis) lokasinya berada di sisi barat pinggir
setu. Sedangkan pabrik penggilingan, gudang dan tempat para pekerja
lokasinya berada di sebelah barat setu (lokasi perumahan Atsiri yang sekarang).
Dalam perkembangannya, nama Citayam menjadi lebih sangat menonjol seiring
dengan dibangunnya sebuah halte / stasiun kereta api yang diberi nama Stasion
Tjitajam. Letak stasion ini tepat berada di sisi timur Setu Citayam.
Hasil-hasil perkebunan dari perkebunan Citayam dibawa melalui jalan pos polisi
dan pasar Citayam yang sekarang menuju stasion Citayam. Akan tetapi kemudian
dibuat alternatif melalui setu yang kini disebut Jalan Pos (kereta api)
Citayam. Perempatan yang terbentuk karena pembuatan jalan alternatif tersebut
di sekitar Setu Citayam ini kemudian sering disebut sebagai simpang
(perempatan) Hek. Dengan demikian, ini berarti nama Citayam merujuk pada sebuah
setu, sebuah area tanah partikelir (landhuis) dan sebuah stasion kereta api.
|
Sebuah Viewpoint di Setu Citayam 1930
|
Selain itu, nama Citayam makin dikenal luas karena area ini sering disebut
seorang ahli Botani terkenal bernama Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis
yang pernah dua kali mengunjungi area Citayam ini (1929 dan 1932). Akan tetapi
tidak diketahui persis mengapa area Setu Citayam menjadi perhatian ahli botani
tersebut. Yang jelas adalah bahwa wilayah Citayam khususnya di area Setu
Citayam sudah sejak lama menjadi lokasi kebun percobaan Departemen Pertanian.
Lokasi kebun percobaan ini berada di sisi timur Setu Citayam. Sejak 2008 di
dalam areal kebun percobaan Citayam ini sudah didirikan gedung ‘megah’ Balai
Pengujian Mutu ‘Alsintan’ Kementerian Pertanian.
|
Peta satelit Setu Citayam dan Sekitar
|
Pada masa ini Setu Citayam merupakan
bagian dari wilayah Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung Kota
Depok. Pesatnya pembangunan di kelurahan ini mengakibatkan adanya tekanan yang
mengkhawatirkan terhadap keberadaan setu ini. Dulu area setu ini cukup luas dan
asri (diperkirakan luasnya 12 hektare) tetapi kini hanya tersisa seluas 6,5
hektare dan mulai tak terawat. Pemda Kota Depok kini telah menetapkan Setu
Citayam termasuk salah satu setu yang dilindungi di Kota Depok. Dinas Pemuda
Pemuda dan Olah raga Pariwisata membuat program yang program tersebut
dimaksudkan pertama untuk menyelamatkan situ-situ yang banyak di Kota Depok
yang saat ini telah banyak yang beralih fungsi. Yang kedua untuk menjaga
kebersihan situ, yang ketiga agar ditingkatkan keindahannya dan yang terakhir
adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
***
|
Setu Citayam di Pondok Terong, Depok
|
Situasi dan kondisi Setu Citayam pada
masa ini berbeda dengan masa doeloe. Di masa lampau, setu ini dipenuhi oleh
berbagai tanaman air seperti ganggang dan bunga teratai. Dalam rangka untuk
memperbanyak kolam penampungan air di hulu Kota Jakarta, salah satunya adalah
memfungsikan Setu Citayam. Kemudian setu dibersihkan, diperdalam dan dibendung
yang diharapkan akan menjadi tempat resapan air. Pada tahun 2008 Mahasiswa
Pecinta Alam Atmajaya pernah bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk menanam 500
pohon jati di kawasan setu. Pohon-pohon ini diharapkan bisa memperindah kawasan
setu. Keutamaan setu ini adalah karena memiliki ekosistem yang ideal (pada masa
dulu) untuk riset dan tentu saja pada masa ini penting untuk dijadikan
reservoir atau tempat penampungan air. Selain itu, Setu Citayam ini juga
sesungguhnya adalah asli hulu dari Kali Krukut yang mengalir ke tengah Kota
Jakarta. Sebagai sumber air Kali Krukut, maka pintu air Setu Citayam dibuka di
musim kemarau dan ditutup di musim hujan. Setu Citayam dengan sendirinya
berfungsi sebagai pengatur debit air Kali Krukut.
Daya pasok air Setu Citayam ke hilir Sungai Krukut dikaitkan dengan
keberadaan sungai Kali Baru. Sungai Kali Baru ini dipecah di Citayam (selatan
pasar yang sekarang/batas Kota Depok dan Kabupaten Bogor) ke timur mengaliri
Ratu Jaya, Depok dan Pondok Cina, ke barat mengaliri Cipayung, Sawangan dan
Limo. Posisi Setu Citayam ini berada diantara dua pecahan Kali Baru ini.
Dengan demikian, Kali Baru ini juga mensuplai air ke dalam Setu Citayam yang
pada gilirannya juga akan mengalir melalui Kali Krukut. Kali Baru sendiri
adalah kali yang sumber airnya disodet dari Sungai Cisadane di Empang/Pancasan
Kota Bogor pada era Belanda melalui Cimanggu, Cilebut, Bojong Gede hingga ke
Citayam.
Setu ini sudah dimanfaatkan sebagai area
perikanan dan wisata air. Pada sisi setu sebelah selatan (dekat Stasion
Citayam) dimanfaatkan masyarakat untuk perikanan dalam bentuk karamba.
Sedangkan untuk wisata air dikelola oleh sebuah kelompok kerja (Pokja)
masyarakat yang dibentuk sebagai pelaksana teknis pengelolan setu yang menjadi
bagian dari program pemberdayaan masyarakat Pemerintah Kota Depok. Program
wisata air ini meliputi pengadaan perahu-perahu kecil dan kendaraan air serta
pembuatan dermaganya. Untuk meningkatkan fungsi setu, di dalam setu ini juga
diterbarkan benih ikan dan menjadi tempat pemancingan gratis buat
masyarakat.
|
Situasi 'Ngubek' di Setu Citayam
|
Sejak tahun 2007 setu Citayam juga telah
dijadikan sebagai ajang untuk ngubek (ngobok-ngobok) setu—suatu istilah dari
masyarakat tentang pesta rakyat mengambil ikan di dalam setu yang
diselenggarakan oleh Pokja dan diintegrasikan dengan kegiatan memperingati HUT
Kota Depok (bulan April). Namun kegiatan ngubek yang dilakukan pada tahun
2011 terjadi rusuh. Kerusuhan yang terjadi timbul karena ribuan warga yang
telah membayar tiket Rp 20 ribu / orang untuk mengikuti acara menangkap ikan
(ngubek setu) yang digelar dalam rangka peringatan ulang tahun Kota Depok itu
merasa ditipu panitia karena diduga jumlah ikan yang ditebar di dalam setu
(tempat ngubek) dinilai tidak sesuai yang dijanjikan. Akibatnya, warga
bertindak rusuh dengan membakar panggung dan berbagai jenis hadiah seperti
kulkas dan sepeda motor. Sejak kerusuhan itu acara ngubek tidak dilakukan lagi